
Sedangkan pada perempuan, efek yang ditimbulkan hampir sama dengan pria. Infeksi toxoplasma itu dapat mengebabkan peradangan dan penyempitan pada saluran telur. Sehingga ovarium tidak akan dapat sampai ke rahim dan tidak dapat dibuahi oleh sperma.
•Pembesaran kelenjar limfa dileher bagian belakang tanpa rasa sakit
•Sakit kepala
•Rasa sakit di otot
•Lesu / lemas
Gejala ini biasanya sembuh secara spontan ( Frenkle 1990 ). Strickland (1991) melaporkan 89% penderita toxoplasma akut mengalami gejala klinis berupa demam, 84% sakit kepala dan pembesaran kelenjar limfa, 60% sakit di otot, 54% leher kaku dan tidak nafsu makan, 20% dengan bercak- bercak merah dikulit, 24% sakit disendi dan 11% dengan radang hati.
Toxoplasmosis akut dan reinfeksi pada wanita hamil dapat menyebabkan penularan secara pasif bayi yang dikandung. Besarnya angka penularan pada bayi tergantung pada usia kehamilan. Angka penularan sebesar 1% terjadi bila wanita hamil menderita toxoplasmosis sebelum terjadi pembuahan, 12% bila usia kehamilan 6 - 16 minggu dan 20% bila usia kehamilan 16 – 28 minggu sampai saat dilahirkan.
Bayi yang dikandung oleh wanita hamil di usia kehamilan trimester I mampu terinfeksi sebesar 25%, sedangkan diusia kehamilan trimester III sebesar 65%.
Infeksi pada kehamilan sangat awal dapat menyebabkan abortus dan bayi meninggal dalam kandungan.
Infeksi pada kehamilan trimester I dapat menyebabkan kelainan bawaan yang berat pada bayi, karena pada saat itu sedang berlangsung proses pertumbuhan alat-alat tubuh. Kelainan bawaan yang terjadi dapat berupa Hidrosepalus, Mikrosepalus, perkapuran otak, gangguan syaraf seperti kejang-kejang, gangguan reflek, retandasi mental, gangguan pengelihatan yang dapat menyebabkan kebutaan dan radang hati ( Frenkle – 1990, Kierzenbaum – 1994 ).
Pada toxoplasmosis kronis dapat terjadi gejala klinis berupa Korioretinitis yang dapat menyebabkan gangguan pengelihatan, sakit kepala, Ensefalitis, bahkan lumpuh sebagian badan ( Soemarsono, 1990).