TIDAK ADA PENYAKIT YANG TIDAK BISA DIOBATI !!

Ginjal Bocor (Sindrom Nefrotik)

Berbicara mengenai kelainan ginjal, masyarakat lebih akrab dengan istilah batu ginjal dan gagal ginjal. Istilah Ginjal Bocor (Sindrom Nefrotik) masih asing di telinga awam. Tentu saja kondisi ini patut diwaspadai. Dalam dunia kedokteran, Ginjal Bocor (Sindrom Nefrotik) artinya adalah kumpulan gejala yang menyangkut kerja organ ginjal.

Istilah ginjal bocor bukan berarti terdapat lubang pada ginjal yang menyebabkan kebocoran, namun untuk menggambarkan bocor atau keluarnya protein (albumin) dari dalam tubuh melalui air kencing (urin). Dalam keadaan normal, ginjal bekerja sebagai penyaring, sehingga protein tidak bisa keluar dari tubuh. Jika tubuh banyak mengeluarkan protein, otomatis kadar protein dalam tubuh pun menurun.

Sifat albumin adalah menahan agar cairan tidak keluar dari pembuluh darah. Ketika tubuh kekurangan albumin, cairan mudah merembes keluar dari pembuluh darah dan menyebabkan tubuh membengkak. Jika sudah demikian, tubuh akan melakukan penyesuaian karena kekurangan albumin. Salah satunya dengan memecah lemak dari seluruh tubuh, sehingga membuat kadar kolesterol naik. Jadi, gejala utama Sindrom Nefrotik atau ginjal bocor ini ada empat, yaitu keluarnya protein melalui urin, kekurangan kadar albumin, tubuh bengkak dan meningkatnya kadar kolesterol.

Tubuh bengkak

Keluarnya protein melalui urin ini dikarenakan sifat membran (lapisan) yang bekerja sebagai penyaring telah berubah. Yang perlu diingat, sifatnya tidak melemah, hanya berubah karena suatu sebab. Penyebab berubahnya sifat lapisan penyaring tersebut menjadi dua golongan besar, yaitu :
Pertama, karena ada sesuatu di organ ginjal. Kondisi ini disebut penyakit ginjal primer. Ini biasanya disebabkan oleh infeksi.
Kedua, karena penyakit non-ginjal, tetapi melibatkan organ ginjal. Misalnya, penyakit yang berkaitan dengan kekebalan tubuh seperti lupus, diabetes, bahkan malaria pun bisa.

Yang perlu ditekankan, Sindrom Nefrotik ini berbeda dengan gagal ginjal. Gagal ginjal berkaitan dengan fungsi ginjal, sedangkan sindrom nefrotik berkaitan dengan saringan ginjal. Bisa saja seseorang mengalami sindrom nefrotik, tetapi fungsi ginjalnya masih normal. Meski demikian, gagal ginjal dapat berpengaruh terhadap penanganan Sindrom Nefrotik.

Untuk menentukan apakah seseorang mengalami ginjal bocor, dapat diketahui melalui tes labotarium. Hal ini diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Salah satu gejala ginjal bocor adalah membengkaknya tubuh. Meski begitu, tubuh bengkak belum tentu disebabkan oleh ginjal bocor.
Diagnosis awal paling mudah dilakukan melalui tes urin. Jika terdapat kadar protein yang tinggi dalam urin, perlu dilakukan penanganan lanjutan.

Sindrom Nefrotik yang disebabkan penyakit gula baru diketahui ketika sudah memasuki tahap lanjut. Jadi, andai penyakit gulanya dapat diobati, kemungkinan ginjal tetap rusak sangat besar. Hal ini juga yang memengaruhi kesembuhan pasien. Bisa terjadi kasus pasien dengan gejala yang sama, tetapi penyebabnya beda. Penyebab berbeda ini yang membuat mengapa pasien A bisa sembuh total, sedangkan pasien B hanya sembuh sebagian, atau bahkan tidak sembuh sama sekali.

Selain empat gejala utama berupa bocornya protein lewat urin, kekurangan kadar protein dalam tubuh, badan bengkak, dan meningkatnya kadar kolesterol, masih ada beberapa gejala yang bisa menyertai sindrom nefrotik. Ini dikarenakan penyebabnya yang beragam dan bisa merembet ke bagian tubuh lain.

Gejala-gejala tersebut antara lain :

• Nafsu makan berkurang.
• Massa otot menyusut.
• Air kencing (urin) berbusa.
• Sesak napas akibat penimbunan cairan di rongga sekitar paru-paru.
• Lutut dan kantong zakar (pada pria) membengkak.
• Pada anak bisa terjadi penurunan tekanan darah ketika sedang berdiri. Tekanan darah penderita bisa rendah ataupun tinggi.
• Volume urin berkurang.
• Kekurangan nutrisi akibat hilangnya zat gizi, sehingga pertumbuhan bisa terhambat.
• Terjadi peradangan pada lapisan perut. Ini karena adanya infeksi di daerah perut. Infeksi ini diduga karena berkurangnya pembentukan antibodi atau hilangnya antibodi yang keluar bersama urin.
• Terjadi kelainan pembentukan darah yang bisa meningkatkan risiko pembekuan di dalam pembuluh darah.